Bukan kenaikkan nya, tetapi jalur distribusi dan pengalihan subsidinya.

Kenaikkan bbm, yang diumumkan secara tiba tiba, tentulah membuat terhenyak banyak orang. Terutama masyarakat diperkotaan. Mulai dari celetukan di sosmed sampai kemudian demo demo yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Apalagi masih banyak yang merasa, mengapa itu harus terjadi karena Indonesia kaya akan minyak etc. Untuk informasinya – Indonesia sudah bukan lagi negara penghasil minyak terbesar, itu bisa terlihat mengapa kita tidak lagi menjadi anggota negara OPEC (Oil Petroleum Exportir Country) , karena kita bukan lagi negara pengekspor minyak tapi kita adalah negara pengimpor minyak (- http://www.tempo.co/read/news/2008/05/30/056124008/Keluar-dari-OPEC-Indonesia-Ingin-Tingkatkan-Produksi-Minyak)

Jadi karena Indonesia bukanlah negara yang kaya akan minyak sehingga untuk mencukupi kebutuhan bbm di negara Indonesia, pemerintah harus membeli (red: mengimpor) dari negara lain. Dan untuk itu harga minyak yang di jual dipasaran di Indonesia terlalu rendah, sehingga pemerintah harus mengeluarkan sejumlah uang untuk mensubsidi nya.

Saya sendiri sebagai masyarakat awam, yang membaca bahwa pemerintah harus mensubsidi bbm sebesar 246.49 T (RAPBN 2014 – sumber http://economy.okezone.com/read/2014/06/13/20/998638/anggaran-bbm-subsidi-disetujui-naik-rp35-2-triliun), logika saya akan berkata, lah subsidi bbm itu siapa yang menikmati? Apakah itu termasuk bbm untuk kendaraan mewah yang dengan santai nya malang melintang di jalan raya?  Uhm …..  apakah itu juga termasuk subsidi bbm untuk pembangkit listrik di Indonesia – dimana rumah rumah mewah menerangi sekeliling rumahnya dengan lampu lampu, plus menggunakan ac di setiap sudut ruangannya? Uhm …

Tahun 2008-2009, saya pernah ke salah satu pulau di Lampung, disana harga solar dibeli oleh penduduk di sana  Rp 10.000/liternya. Dan adakah yang protes saat itu? Enggak ada. Bagi mereka yang penting solar itu tersedia ketika mereka membutuhkan. Dan apakah mereka masyarakat kelas menengah ke atas? Tentu tidak, mereka termasuk penduduk menengah ke bawah dan miskin.

Dan kemudian di sini kita, begitu hebohnya protes ketika bbm naik menjadi Rp 8.500 … di tahun 2014 !!!!

Kalau saya sendiri, saya ogah banget apabila pajak yang harus saya bayarkan atau pinjaman yang harus dilakukan oleh pemerintah dipergunakan untuk mensubsidi orang orang yang sebenarnya mampu. Mosok membeli mobil mewah mampu, bayar bbm enggak mampu? Atau negara harus mensubsidi bbm atas listrik yang dipergunakan oleh rumah rumah mewah yang malah penghuninya lebih sedikit dari jumlah kamarnya? Uhm ……

Saya merasa malu kepada masyarakat miskin di pedesaan sana yang tidak protes. Padahal mereka harus membeli bbm jauuuuuuhhhhhh lebih mahal dari pada kita. Siapa yang saya bela sebenarnya? Kepentingan saya atau kepentingan masyarakat itu?

Menurut saya, yang harusnya di perhatikan dan minta pemerintah benar benar serius melakukan adalah perbaikkan infrastruktur jalur distribusi bbm tersebut. Karena sekali lagi, kalau kenaikkan ini tanpa adanya perbaikkan infrastruktur jalur distribusi bbm – maka bisa dibayangkan berapa harga bbm yang harus ditanggung masyarakat miskin di daerah sana???? Mungkin bisa 2 atau 3 kali lipat dari harga yang sebenarnya. Bagaimana mereka akan menaikkan taraf hidupnya?

Yang harus kemudian di perhatikan adalah bahwa benar benar subsidi sebesar sekian yang telah dicabut, benar benar dialihkan pada penguatan kesejahteraan rakyat, seperti yang dijanjikan, bukan kemudian raib entah kemana.

Jadi apakah masih mau protes dengan pencabutan subsidi? Ataukah mau bersama sama memperhatikan dan mendorong pemerintah agar secepatnya memperbaiki infrastruktur jalur distribusi bbm dan pengalihan subsidi untuk kesejahteraan rakyat?

Salam

About kharinadhewayani

I am just an ordinary woman who wants to share her mind and her dreams to the world.
This entry was posted in Uncategorized and tagged , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment